Selasa, 28 Oktober 2008

Katak Rebus

Ketika saya masih kecil, saya sering sekali mendengar nyanyian seekor katak. Maklum, saat itu katak-katak tersebut masih merasa "at home" hidup di kampung saya. Waktu itu saya tidak terlalu memperhatikan perilaku seekor katak, sampai saya membaca sebuah ilustrasi menarik mengenai perilaku katak.

Seekor katak yang dicemplungkan ke dalam air mendidih akan berontak dan segera meloncat keluar dari pancinya. Jadi, ia selamat walaupun memiliki luka-luka lepuh di kulitnya. Di Panci yang lain terdapat air hangat dengan temperatur sedang. Saat katak diceburkan ke dalamnya, ia merasa nyaman dengan temperatur air itu. Ia berenang dan menyelam ke sana ke mari. Perlahan-lahan temperatur air dinaikkan. Walaupun merasakan perubahan, si katak masih dapat mentoleransinya, jadi ia tetap tinggal di dalam panci tersebut. Pada akhirnya, si katak ini bahkan tidak pernah meloncat keluar. Temperatur air perlahan-lahan sudah menjadi cukup tinggi sehingga si katak ini kini telah menjadi katak rebus.

Mungkin Anda pernah mendengar tentang 'comfort zone' atau zona nyaman? Teman saya pernah berkata kepada saya ketika dia tahu saya masih bekerja di tempat saya yang sekarang. "Wah..hati hati, kamu kayaknya udah masuk dalam "comfort zone".

Begitu katanya sambil terus memprovokasi saya untuk segera pindah ke tempat yang menurut dia jauh lebih baik. Comfort zone sering kali dikecam atau dipandang miring oleh banyak orang. Seseorang dikatakan berada dalam comfort zone saat ia telah merasa nyaman dengan apa yang telah dicapainya. Ia menjadi lamban, berpuas diri dan tidak responsive terhadap perubahan. Tetapi menurut saya permasalahan yang sebenarnya terletak pada attitude atau sikap kita.

Jadi tidak ada yang salah dengan comfort zonenya sendiri. Jika Anda memiliki hidup yang nyaman namun selalu tetap mau belajar dan merespon perubahan atau selalu proactive, maka Anda akan bisa bertahan untuk hidup nyaman. Tetapi jika Anda saat ini unggul, kemudian merasa puas diri, tidak mau mendengarkan kritik, dan tidak belajar menghadapi perubahan, maka hal ini bisa membuat Anda jatuh. Anda akan kehilangan kenyamanan Anda. Setelah jatuh lalu apa? Bangkit lagi, belajar lagi dari pengalaman. Supaya apa? Supaya Anda bisa kembali unggul. Singkatnya, supaya kembali ke comfort zone lagi. Jadi sebetulnya tidak ada yang salah dengan comfort zone itu sendiri.

Apa yang jauh lebih 'mematikan' (ingat cerita katak di atas) sebenarnya adalah semi comfort zone. Seseorang berada dalam semi comfort zone saat ia sebenarnya tidak puas dengan HASIL yang ia capai, (jadi hidupnya sebenarnya tidak nyaman), tetapi ia merasa nyaman/terbiasa dengan CARA atau aktivitasnya. Saya memiliki seorang teman yang sering mengeluh tentang pekerjaannya. Orang ini secara materi dan jabatannya sebetulnya jauh di atas saya. Sebagai seorang kepala keluarga dengan istri yang tidak bekerja dan dua orang anak, ia merasa penghasilannya sangat pas-pasan. Ia juga membanding-bandingkan pekerjaannya dengan orang lain, dan menurutnya di perusahaan lain, pekerjaan yang sama dihargai jauh lebih tinggi. 'Mengapa kamu tidak mencoba usaha sendiri? saran saya. Ia berpikir sebentar, lalu menjawab , "Nantilah. Saya akan lihat lagi ke depannya bagaimana."
Beberapa bulan kemudian, ia kembali dengan keluhan yang sama. Dan juga dengan 'Nanti' yang sama. Aneh sekali. Ia berada dalam semi comfort zonenya. Meskipun tidak puas dengan HASIL, tetapi ia merasa nyaman dengan CARAnya. Mungkin lingkungan kerja/teman-teman kantornya yang cocok. Mungkin jarak kantornya yang relatif dekat ke rumah. Mungkin jam kerjanya yang bisa cukup flexibel. Apapun itu, itu cukup membuatnya nyaman sehingga walaupun tidak puas dengan HASIL, tetapi ia bahkan tidak mencoba berubah. Ia bahkan tidak meng'explore' alternatif lain yang mungkin dimilikinya. Ia tidak mencoba 'meloncat keluar dari panci' untuk melihat kalau-kalau ada air hangat di tempat lain. Saat harga barang-barang naik, saat anaknya bertumbuh dan membutuhkan biaya sekolah yang lebih besar, ia makin terjepit. Ini adalah ibarat saat temperature air dalam cerita katak di atas pelan-pelan dinaikkan. Mudah-mudahan ia bisa meloncat keluar sebelum menjadi 'katak rebus'.

Bila Anda juga merasa sebagai "katak rebus", sudah saatnya keluar dari panci yang merebus Anda. Ini akan membuat hidup Anda jauh lebih baik. Buatlah kesalahan Anda sebagai sebuah kelebihan. Kalau Anda menemui kegagalan di masa lampau, itu tidak berarti bahwa Anda akan terus gagal, demikian pula jika Anda sukses di masa lampau tidak berarti bahwa Anda akan terus sukses.

Apakah saat ini Anda merasa tidak puas dengan HASIL, tetapi masih terbiasa dengan CARA ?Hmmm......berhati hatilah.

Bukankah hanya orang "gila" yang mengharapkan hasil yang jauh berbeda, tapi tetap melakukan hal yang sama.Bagaimana Pendapat Anda ?Salam FuntasticFaif Yusufhttp://faifyusuf.blogspot.com

Tidak ada komentar: